Perang Dagang Mobil Listrik antara China dan Amerika Serikat menjerat Indonesia, ini penjelasannya

- Rabu, 19 Juli 2023 | 23:06 WIB
Ilustrasi  mobil listrik  (Instagram@trevo.indo)
Ilustrasi mobil listrik (Instagram@trevo.indo)

BPKPNEWS.COM -Dua Kekuatan dunia antara Amerika dan China terus menancapkan hegemoni kekuasaannya, terutama di otomotif.

 Persaingan antara Amerika Serikat dan China dalam industri otomotif pada era elektrifikasi diyakini menggoncang proyek besar pengembangan kendaraan listrik ke depan, termasuk terhadap Indonesia.

Bagi Indonesia, terbitnya paket insentif inflation reduction act (IRA) yang digulirkan Pemerintahan Joe Biden, membuat gentar langkah pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Mitra utama pengembangan, khususnya yang berasal dari Korea Selatan seperti LG dan Hyundai pun ikut ragu membenamkan investasi.

Padahal, sejak semula, para investor itu termasuk pabrikan baterai dan mobil listrik asal China optimistis terhadap paket kebijakan hulu hilir kendaraan listrik di Indonesia. Bahkan, pemerintah pun telah menginisasi dua proyek besar pembangunan ekosistem industri baterai bertajuk Proyek Dragon (bersama CATL dkk.) dan Proyek Titan (bersama LG dan Hyundai) yang dikawinkan dengan anak usaha BUMN yakni IBC

Baca Juga: Sule Tidak Akan Ambil Pemberiannya terhadap Nathalie Holscher, ini alasannya

Bermodal cadangan nikel tebal, Pemerintah Indonesia semakin percaya diri menggaet investasi jumbo untuk ekosistem kendaraan listrik. Namun pada kenyataannya, sewaktu IRA digulirkan, optimisme itupun mulai kendur.

Nasib nikel dan ekosistem kendaraan listrik kini tergantung bandul ketegangan antara China sebagai mitra utama hulu nikel Indonesia dengan Amerika Serikat sebagai salah satu pasar terbesar kendaraan listrik.

Hal inipun sejalan dengan laporan Bloomberg, dikutip pada Rabu (19/7/2023), yang mengulas pertarungan China dan Amerika Serikat (AS) dalam rantai pasok sekaligus ekosistem kendaraan listrik.

 

  • Penjualan Mobil Listrik Semester I/2023 Tumbuh 557 Persen!
  • Investasi Mobil Listrik Thailand Kalahkan Indonesia, Ini Keunggulan Menurut Pejabatnya
  • Tata Group India Bakal Bangun Pabrik Baterai di Inggris, Gelontorkan US$5,2 Miliar

 

Sejatinya, para pabrikan otomotif AS sepakat bahwa penguasaan China atas ekosistem dan rantai pasok kendaraan listrik (electric vehicle/EV) harus dikikis. Pasalnya, China merupakan produsen terbesar baterai kendaraan, termasuk menguasai mayoritas pasokan material dari negara-negara mitranya.

Baca Juga: Setelah Melepas Hijab, Nathalie Holscher bikin kehebohan Lagi, bagaimana sikap Sule

Kenyataan itupun yang menjadi rintangan implementasi kebijakan perubahan iklim termasuk IRA di dalamnya. Pada Maret lalu, Pemerintah AS merilis panduan parsial tentang persyaratan rantai pasokan yang memungkinkan beberapa kendaraan memenuhi syarat untuk kredit pajak US$ 7.500, tetapi dengan syarat tanpa ada pasokan dari China maupun negara yang masuk daftar sorotan (foreign entities of concern/FEOC).

Persoalannya, selain China dan Rusia, Pemerintahan Biden harus menentukan negara mana saja yang dilarang sebagai bagian rantai pasok EV di AS. Padahal, berdasarkan aturan itu, pada tahun depan EV yang memuat material dari China plus Rusia serta FEOC selayaknya tidak dapat menerima insentif pajak IRA.

Halaman:

Editor: Ahmad Tarmizi, SE

Tags

Terkini

Inilah Deretan Negara yang Menutup Tik Tok Shop

Rabu, 4 Oktober 2023 | 23:31 WIB

Saham Milik MNC Grup Anjlok, kenapa ?

Kamis, 31 Agustus 2023 | 18:59 WIB

Luhut Minta KPK Lacak Pelaku Ekspor Bijih Nikel n

Selasa, 18 Juli 2023 | 23:48 WIB
X