• Senin, 25 September 2023

Pasca Gempa Turky, posisi Tidak Menguntungkan untuk Erdogan dalam Pemilu Turky

- Minggu, 28 Mei 2023 | 23:44 WIB
Kemal Kilicdaroglu lawan politik Recep Tayyip Erdogan di Pemilu Turki. (Twitter @reuters)
Kemal Kilicdaroglu lawan politik Recep Tayyip Erdogan di Pemilu Turki. (Twitter @reuters)

Jakarta,BPKPNEWS.COM - Hari ini Turki melaksanakan pemilihan umum (pemilu) presiden putaran kedua antara calon petahana Presiden Reccep Tayyip Erdogan dan oposisi Kemal Kilicdaroglu. Pemilu ini menarik minat banyak pihak dan menjadi perhatian global, termasuk pemerintah Barat.

Secara resmi, pemerintah Barat tidak akan berbicara tentang preferensi mereka dalam pemilu Turki, untuk menghindari tuduhan campur tangan dalam politik domestik negara lain.

Tetapi sudah menjadi rahasia umum bahwa para pemimpin Eropa, apalagi pemerintahan Biden, akan senang jika Presiden Recep Tayyip Erdogan kalah.

Melansir laporan The New York Times, Carl Bildt, mantan perdana menteri Swedia, sebelum putaran pertama pemungutan suara dua minggu lalu menyebut bahwa "[pemerintah Barat] menginginkan Turki yang lebih mudah."

Sebagai anggota NATO yang penting secara strategis, Turki di bawah Erdogan telah menjadi mitra yang semakin menyusahkan bagi Uni Eropa, yang sebagian besar telah meninggalkan gagasan keanggotaan Turki.

Selain aliansi NATO, Rusia juga sangat bergantung pada hasil pemilu. Di bawah Erdogan, Turki telah menjadi mitra dagang Rusia yang sangat diperlukan dan kadang-kadang menjadi perantara diplomatik, sebuah hubungan yang semakin penting bagi Kremlin sejak invasi ke Ukraina.

Baca Juga: Inilah manfaat Buah Tomat bagi Tubuh Manusia

Selama 20 tahun berkuasa, Erdogan telah mengejar kebijakan luar negeri nonblok yang sering membuat sekutu Baratnya frustrasi dan memberikan pembukaan diplomatik yang disambut baik oleh Moskow dan sangat terasa setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Dengan menolak untuk menegakkan sanksi Barat terhadap Moskow, Erdogan telah memperkeruh upaya untuk mengisolasi Kremlin dengan membuat Rusia kekurangan dana untuk membiayai perang.

Sementara itu, pada saat yang sama, ekonomi Turki yang terhuyung-huyung baru-baru ikut dibantu oleh minyak Rusia yang didiskon besar-besaran dan menjadi amunisi Erdogan dalam pencariannya untuk masa jabatan ketiga sebagai presiden.

Baca Juga: Rebecca Klopper melalui Pengacaranya melaporkan akun penyebar Video Syur Mirip Dirinya

Baru-baru ini Erdogan juga semakin membuat jengkel sekutunya dengan memblokir upaya Swedia untuk menjadi anggota NATO, bersikeras bahwa Stockholm pertama-tama harus menyerahkan dulu sejumlah pengungsi Kurdi di negara itu, terutama dari Partai Pekerja Kurdistan, yang oleh Ankara dan Washington dianggap sebagai organisasi teroris.

Secara lebih luas, untuk Uni Eropa dan Washington juga memiliki perasaan kuat bahwa Turki di bawah Erdogan telah menjauh dari nilai-nilai dan norma-norma Eropa seperti aturan hukum dan kebebasan pers.

(CNBC)

Halaman:

Editor: Ahmad Tarmizi, SE

Tags

Terkini

tempur dan kapal perang milik Tiongkok kepung Taiwan

Senin, 18 September 2023 | 22:46 WIB

Masa Depan Google di Ujung Tanduk, ini penyebabnya

Jumat, 15 September 2023 | 21:43 WIB

Gempa Maroko, BAZNAS segera kirimkan Bantuan dan Relawan

Minggu, 10 September 2023 | 22:27 WIB

Penampilan Britney Spears yang Sensasional

Kamis, 13 Juli 2023 | 23:20 WIB
X