
BPKP NEWS.COM
Sejak 1824, sebuah patung gagah Raja Spanyol Carlos IV didirikan di bilangan Intramuros, Manila. Filipina memang pernah menjadi koloni Kerajaan Spanyol selama periode 1571-1898. Selain sebagai tengara kolonialisme, patung Raja Carlos IV juga menjadi simbol pengingat sebuah ekspedisi kesehatan penting di awal abad ke-19.
Ceritanya, pada 1803, dia menunjuk dan memerintahkan Francisco Xavier de Balmis untuk menyebarkan vaksinasi cacar ke seluruh koloni Kerajaan Spanyol. Ekspedisi yang kemudian lazim disebut Ekspedisi Balmis itu menyeberang Samudera Atlantik, singgah di Kepulauan Canary, menyusuri pulau-pulau di Laut Karibia, menjelajahi Amerika Tengah, hingga kemudian menyeberangi Pasifik.
Pada April 1805, Ekspedisi Balmis mencapai Filipina dan memvaksinasi sekira 20 ribu orang. Ekspedisi Balmis lalu disebut-sebut sebagai kampanye vaksinasi global pertama.
Inisiatif Raja Carlos IV
Vaksinasi sebetulnya adalah teknik medis kuno yang sudah dipraktikkan masyarakat Cina sejak seribuan tahun lampau. Mereka melakukannya dengan cara menghirup bubuk yang terbuat dari keropeng bekas cacar. Bisa juga dengan menorehkan nanah dari seorang penderita cacar ke orang sehat melalui sayatan kecil.
Teknik kuno ini lalu disaintifikasi oleh Dokter Edward Jenner dari Inggris. Pada 1796, mulai melakukan eksperimen vaksinasinya. Hasil eksperimen itu lantas dituangkannya dalam makalah yang dikirim kepada Royal Society dan diterbitkan pada 1798.
“Pada mulanya, beberapa orang skeptis terhadap temuan Jenner itu. Tapi, pada 1802, 'vaksin'-nya didanai dan pengujiannya dalam ragam kondisi lain menunjukkan keberhasilan,” tulis Rene F. Najera, editor laman The History of Vaccines.
Salah satu pihak yang skeptis terhadap metode vaksinasi Dokter Jenner adalah Gereja Katolik Roma. Menurut otoritas Gereja Katolik, metode vaksinasi menyalahi etika moral manusia. Meski begitu, hasil kerja Dokter Jenner itu tetap dianggap sebagai terobosan medis penting.