Perbedaan Sebuah Negara Atasi Pandemi , Sistem Otoriter atau Demokrasi yang Berhasil ?

- Kamis, 23 Juni 2022 | 23:45 WIB
Para Tenaga Kesahatan dalam menjalankan tugasnya (Poto : Kompas.Com)
Para Tenaga Kesahatan dalam menjalankan tugasnya (Poto : Kompas.Com)

"Dengan gaya otoriter yang khas, Iran dan China sama-sama menyembunyikan tingkat krisis dari dunia dan masyarakat mereka sendiri," tulis Rachel Kleinfeld, penulis laporan tersebut.

"Namun di Singapura yang otoriter, komunikasi dan transparansi perdana menteri yang sangat baik dengan cepat menghentikan orang menimbun barang dengan memberi tahu mereka apa yang diharapkan (pemerintah)," tambahnya.

Kleinfeld juga menjelaskan bagaimana negara demokrasi seperti Amerika pada awalnya mempolitisasi pandemi, tidak transparan dengan jumlah kematian karena bisa mempengaruhi pemilih saat pemilihan presiden.

Baca Juga: Probowo jadi Radar PKS dalam Pilpres 2024

Sementara itu di India, persepsi masyarakat dipengaruhi propaganda pemerintah, menurut dokter dan peneliti kesehatan masyarakat, Bijayalaxmi Biswal.

"Ketika pandemi menghantam, pemerintah membuat masyarakat percaya pandemi sama buruknya di Italia atau Inggris dan tidak ada kaitannya dengan salah penanganan pemerintah," jelasnya.

"Tetapi setelah bekerja di fasilitas perawatan kesehatan pemerintah di negara ini, saya dapat meyakinkan Anda bahwa pandemi itu bukan pertama kalinya rata-rata pasien India kehilangan nyawa atau orang yang mereka cintai karena perawatan kesehatan yang tidak dapat diakses atau tidak terjangkau. Mereka tidak pernah benar-benar mendapatkan jaminan kesehatan yang baik," paparnya.

Rezim mana yang lebih baik?

Propaganda pemerintah, sensor, dan kurangnya kebebasan adalah masalah umum di negara otoriter dan meningkat selama pandemi, menurut lembaga analisis demokrasi Bertelsmann Transformation Index (BTI).

Survei BTI baru-baru ini menemukan ada 70 negara otoriter di seluruh dunia yang "memanfaatkan pandemi untuk semakin membatasi hak-hak fundamental dan menekan suara-suara kritis".

Baca Juga: Anies Baswedan Enggan Berkomentar atas Usulan Perubahan Nama Jakarta International Stadium (JIS)

Tetapi Nancy Qian mengatakan dengan adanya pandemi, ketakutan terhadap pemerintah tidak selalu mempengaruhi persepsi warga karena di beberapa negara, mematuhi aturan atas nama kesehatan masyarakat, adalah "kebiasaan bersejarah".

"Di Asia Timur khususnya, bahkan sebelum Covid, adalah etiket umum untuk memakai masker jika Anda sedang pilek agar tidak menularkannya ke orang lain. Demikian pula, di tempat-tempat dengan polusi udara yang tinggi, seperti sebagian China, merupakan praktik umum untuk memakai masker untuk melindungi diri Anda dari lingkungan. Jadi ada kebiasaan umum melakukan sesuatu demi kesehatan masyarakat," jelasnya.

Sedangkan Biswal mengatakan model demokrasi akan memungkinkan warga untuk meminta pertanggungjawaban pemerintah, yang pada gilirannya membantu memperbaiki kebijakan kesehatan masyarakat di masa depan.

Baca Juga: Selamat Ulang Tahun yang ke-61 Presiden Jokowi

Sementara menurut Qian, tidak selalu mudah untuk menentukan rezim seperti apa yang bekerja lebih baik.

Halaman:

Editor: Ahmad Tarmizi, SE

Tags

Terkini

Mengapa Bayi baru lahir Menangis,

Minggu, 1 Oktober 2023 | 23:07 WIB

Inilah 6 ciri Diabetes di Usia Muda beserta Penyebabnya

Jumat, 15 September 2023 | 21:24 WIB

Inilah beberapa makanan yang dapat Mengatasi Asam Lambung

Minggu, 10 September 2023 | 22:22 WIB

Hati-Hati, Sering Masturbasi akibatkan Cidera Paru

Minggu, 30 Juli 2023 | 22:26 WIB

Inilah Tips Menjalani Masa Tua yang Bahagia

Sabtu, 15 Juli 2023 | 23:39 WIB
X